Akulturasi budaya tanah Jawa dengan Islam

October 10, 2017

 

            Judul buku : Islam Kejawen
                  Penulis : Budiono Hadisutrisno
  Penerbit : Eule Book
 Tahun terbit : 2009
              Jumlah halaman : 260 hlm.

Berbicara mengenai Islam di nusantara, tentunya kita ketahui bersama melalui proses sejarah yang panjag. Karena Islam di nusantara tidak serta merta diterima oleh orang-orang pribumi pada saat itu. Terlebih dengan datangnya para penjajah dari Portugis dan Spanyol pada tahun 1509 yang membawa ajaran Kristen Katolik ke Indonesia.  Tidak berbeda dengan misi yang dijalankan oleh Portugis dan Spanyol, Belanda datang ke Indonesia pada tahun 1596 dan membentuk VOC pada tahun 1602 juga menjalankan misi keagamaan mereka yaitu Kristen Protestan dengan slogan mereka pada saat itu “siapa punya negara, dia punya agama”. Dengan misi yg dibawa oleh misionaris penjajahan ini jelas menjadi bukti awal masuknya agama kristen ke nusantara melalui misi penjajahan mereka.
Berbeda halnya dengan agama Kristen yang diusung atas misi penjajahan, agama Hindu Budha masuk ke nusantata melalui jalur asimilasi budaya antara pedagang dari India dengan pedagang pribumi saat itu. Melalui jalur perdagangan agama Hindu Budha yang dibawa oleh pedagang India berkembang sampai saat ini. Buktijya hingga saat ini agama ini masih dianut oleh sebagian penduduk Indonesia. Memasuki abad ke-13, Islam mulai masuk dengan damai ke nusantara. Ada banyak teori yang menjelaskan mengenai masuknya Islam ke nusantara, Salah satunya adalah melalui pedagang Gujarat. Islam masuk ke nusantara dengan mudah karena syarat untuk masuk ke agama Islam sangat mudah dan tidak mempersulit.
Salah satu hal yang menarik dari masuknya Islam ke nusantara adalah proses masuknya Islam ke tanah Jawa yang harus beralkulturasi dengan kebudayaan orang Jawa pada saat itu. Orang Jawa sudah mengenal agama sejak zaman prahistori. Serat Ramayana yang berasal dari abad ke-9, menunjukan bahwa orang Jawa kuno telah memeluk gama Hindu dan Budha. Kedua agama tersebut sangat mewarnai dan menjadi jiwa bagi orang Jawa Secara hampir menyeluruh hingga abad ke-15. Pada akhir abad ke-15, terjadi gelombang pengislaman secara besar-besaran di Jawa, yakni sejak Prabu Brawijaya V , raja yang diakui raja terakhir dari kerajaan Majapahit masuk Islam atas bimbingan sunan Kalijaga. Prinsip agama ageming aji  membuat rakyat Jawa mengikuti apa keyakinan dan agama rajanya. Apalagi kemudian disusul berdirinya Demak sebagai kerajaan yang menggunakan kitab suci Alquran sebagai undang-undang kerajaan. Kepemimpunan Demak di Jawa selama lebih kurang 65 tahun, telah membuat sebagian besar orang jawa beragama tauhid. Agama Islam telah mengubah wajah dan kiblat orang jawa. Namun, kuatnya tradisi Jawa membuat Islam mau tidak mau harus beralkulturasi. Akhirnya wujud akulturasi terebut menjadi ajaran khas Jawa yang dikenal dengan Islam Kejawen.
Buku yang ditulis oleh Budiono Hadi Sutrisno yang merupakan salah seorang alumnus Universitas Gadjah Mada yang juga banyak berkontribusi atas media massa nasional ini membahas hubungan Islam dengan Jawa yang membentuk sebuah akulturasi budaya bernama Islam Kejawen. Islam Kejawen menjadi salah satu fenomena keagamaan di dunia yang sangat menarik. Dalam buku ini, tercatat dua peristiwa penting yang sangat berpengaruh bagi sejarah dan bentuk anyaman mistik Islam Kejawen. Pertama, pada 1478 M raja terakhir majapahit masuk agama Islam atas bimbingan sunan Kalijaga. Hal ini berdampak akan pengislaman besar-besaran di tanah Jawa sebab di Jawa berlaku prinsip agama ageming aji (agama rakyat mengikuti agama raja). Hal yang kedua, politik ekspansi panembahan senopati di Mataram suatu ketika harus berhadapan dengan pasukan Jawa Timur. Sunan Giri menengahinya dengan menyuruh kedua pimpinan memilih isi atau wadah. Akhirnya disepakati, Surabaya dan Jawa Timur lain mendapat isi dan Mataram mendapat wadah. Isi bermakna manusia atau ilmu agama Islam, sedangkan wadah bermakna pemerintahan atau negara. Sejak itu, arus keagamaan orang jawa selalu mengalir dari Timur ke Barat. Dua peristawa tersebut dikemudian hari sangat mewarnai faham keagamaan orang Jawa. Akulturasi kebudayaan yang penuh anyaman mistik dan simbolis, akhirnya semakin mencapai bentuknya yang paling sempurna.
Buku ini semakin menarik karena penulis mencoba membuka pembahasan melalui asal usul orang Jawa kuno dengan filosofi-filosofi kehidupan mereka yang kental dengan cerita mitologi para leluhurnya. Kebudayaan orang Jawa kuno juga menjadi filosofi Islam Kejawen. Kemudian penulis juga menjelaskan mengenai identitas atau ciri khas Islam Kejawen itu sendiri. Selain itu, penulis juga memaparkan penjelasan mengenai Keris yang menjadi alat mistik yang berhubungan dengan Islam Kejawen. Tidak luput penulis juga mencoba memberikan informasi kepada pembaca mengenai tokoh-tokoh yang masyhur dari Islam Kejawen. Bahasa yang digunakan sudah cukup lugas dan jelas, namun ada beberapa istilah menggunakan bahasa Jawa yang tidak dijelaskan oleh penulis mengenai istilah tersebut. Buku ini sangat direkomendasikan bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai Islam Kejawen. 

You Might Also Like

0 komentar