Hidup sekali hiduplah yang berarti
December 13, 2017
“Kalau hidup sekedar hidup, babi dihutan juga hidup.
Kalau bekerja sekejar bekerja, kera juga bekerja.”
~Buya Hamka~
Manusia diciptakan di muka bumi
ini tidak lain hanya untuk mengabdikan dirinya atau beribadah kepada sang
pencipta Allah swt. Bentuk pengabdian diri seorang hamba kepada penciptanya
yaitu dengan cara mematuhi apa saja yang diperintahkan dan menjauhi apa saja
yang dilarang. Sebagaiman kita ketahui bahwa Iblis diusir dari surga karena dia
tidak patuh kepada Allah swt. Allah memerintahkan kepada Iblis dan malaikat
untuk menyembah adam, akan tetapi hanya malaikatlah yang menuruti permintaan
Allah swt ini, sedangkan Iblis menolak untuk melaksanakan perintah Allah swt,
dia merasa lebih pantas untuk disembah karena dia diciptakan dari api sedangkan
Adam dari tanah. Sehingga Allah swt murka dan mengusirnya dari dalam surga. Allah
berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi
terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar
Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya".(QS Ala’raf[7]:18)
Manusia diciptakan di muka bumi ini juga
sebagai khalifah. Artinya manusia mengemban amanah dari sang khaliq
untuk hidup di dunia. Sebelumnya Allah swt juga sudah menawarkan amanah ini
kepada langit, bumi, dan gunung, akan tetapi mereka menolaknya. Pada saat Allah
swt menciptakan manusia sebagai khalifah dimuka bumi, para malaikat menolak
penunjukan manusia sebagai khalifah. Mereka mengatakan bahwasannya manusia akan
merusak dan menumpahkan darah di muka bumi. Namun Allah ‘azza wa jalla menjawab
akan protes malaikat ini dengan berfirman: “sesungguhnya aku lebih mengetahui
apa yang tidakkamu ketahui”. sebagaimana dijelaskan dalam (Q.S
Al-baqarah[2]:30).
Maka sudah seyogyanya kita sebagai
manusia untuk taat dan patuh kepada rabb semesta alam yang menguasai
langit dan bumi.
Tujuan hidup di dunia
pastinya setiap sesuatu yang diciptakan
Allah swt memiliki maksud dan tujuan tertentu. Seperti halnya Allah swt
menciptakan malam bagi manusia untuk mereka beristirahat didalamnya,
menciptakan hewan ternak untuk ditunggangi dan menjadi makanan bagi mereka, dan
masih banyak lagi ciptaan yang tidak mungkin kita sebutkan satu persatu. Maka
timbul pertanyaan di benak kita, apa tujuan Allah swt menciptakan manusia di
muka bumi ini ?. Di dalam (Q.S Adz dzariyat[51]:56) yang artinya: “aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada ku”. Ibadah
atau pengabdian di sini berarti seorang hamba tidak boleh menyembah selain
Allah swt, hal itu akan membuat seorang hamba menyekutukan rabb-nya
(musyrik). Maka jelas dari arti surah di atas bahwa tujuan hidup manusi atau
tujuan diciptakannya manusia adalah tidak lain hanya untuk beribadah kepada
Allah swt. Allah memerintahkan manusia untuk senantiasa dalam kebaikan. Maka
prinsip kita sebagai seorang hamba yang taat adalah terus menerus di dalam kebaikan.
Tidak ada suatu pekerjaan yang kita lakukan melainkan kita mendapat kebaikan di
dalamnya. Namun orang-orang yang tidak meyakini akan keberadaan Allah swt dan
orang yang meyakini akan tetapi mereka menutup hatinya untuk menerima kebenaran
merasa bahwa manusia yang diciptakan oleh Allah swt tidak memiliki kemanfaatan
atau hanya sia-sia belaka, karena nantinya juga Allah sudah tau siapa yang
diantara mereka yang masuk kedalam surganya dan yang kekal abadi di dalam
neraka kelak. Tentunya argumen dari kalangan kafirin ini dengan mudah
bisa kita bantahkan. Ada sebuah analogi atau permisalan yang bisa membantah
argumen dari orang-orang kafir ini. Sebagai seorang guru atau dosen, pastinya
dia sudah mengetahui diantara siswanya atau mahasiswanya itu mana yang terbaik.
Tetapi mengapa masih dilaksanakan yang namnya ujian bagi siswa atau
mahasiswanya ?. Maka jawabannya adalah untuk menguji mereka mana yang paling
baik atau bagus nilainya. Allah swt berfirman yang artinya: “yang
menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa yang di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia mahaperkasa, maha pengampun”. Manusia
diperintahkan untuk senantiasa berlomba-lomba dalam hal kebaikan (Fasthabikul
khairat), namun banyak yang lalai atau bahkan lupa dengan tujuan hidupnya
di dunia ini.
Perjalanan hidup menuju
akhirat
Kita semua mengetahui bahwa kehidupan di
dunia hanya sementara atau tidak abadi. Tapi banyak diantara manusia menuruti
hawa nafsu mereka untuk mengejar kehidupan yang sementara ini. Mereka melupakan
kehidupan yang kekal abadi yaitu akhirat yang menjadi labuhan terakhir mereka.
Rasulullah saw menganjurkan kepada umatnya untuk hidup di dunia seperti halnya
orang asing atau musafir. Dari Ibnu Umar R.A berkata: Rasulullah Saw bersabda: “jadilah
engkau di dunia seperti orang asing atau musafir”. (HR. Bukhari). Para shalafusshalih
juga mengisyaratkan kepada kita untuk menjadikan kehidupan dunia hanya di
genggaman tangan mereka saja artinya hanya sekedarnya saja, karena nantinya juga kehidupan mereka
berakhir di akhirat. Dunia hanya sebagai tempat singgahan sementara bagi
manusia. Hidup di dunia bagaikan sebuah perlombaan. Kita missalkan sebuah event
organizer mengadakan perlombaan estafet dengan hadiah yang besar. Maka
banyak orang akan tertarik mengikuti lomba tersebut karena hadiahnya yang
besar. Namun di dalam lomba tersebut pasti ada peraturan yang harus ditaati
setiap pesserta, seperti halnya harus mendaftar terlebih dahulu, mengikuti
jalur yang sudah ditentukan. Pada saat perlombaan berlangsung, ada diantara
peserta yang tidak mendaftar dahulu atau regristrasi bahkan ada juga yang tidak
mengikuti jalur yang telah ditentukan dengan mengambil jalan pintas misalnya. Maka
begitulah kehidupan, Islam merupakan syarat atau sama halnya dengan seseorang
mendaftar dalam kehidupan di dunia, maka apabila seseorang itu tidak beislam,
maka otomatis dia tidak terdaftar menjadi orang yang berlomba dalam kebaikan
untuk mencari ridho Allah di dunia. Selain itu mengikuti jalur atau ketentuan
perlombaan menjadi aturan atau larangan yang disebutkan dalam Alquran, maka
orang-orang yang tidak mengikuti ketentuan jalur dari panitia maka begitulah
halnya orang yang tidak mengikuti perintah dan larangan dalam Alquran. Dan
hadiah yang besar merupakan balasan dari Allah bagi orang-orang yang Islam yang
menjalankan perintah dan menjauhi larangannya. Awalnya manusia melewati
kehidupan alam ruh sebelum diturunkan ke dunia, Allah swt berfirman: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”(QS Al’araf). kemudian
setelah ruh bersaksi dihadapan Allah swt untuk mengemban amanah dan ditiuplah
ruh ini kedalam rahim seorang ibu. Setelah berada didalam rahim ibu selama 9
bulan, selanjutnya akan lahir seorang anak yang akan memulai kehidupannya di
dunia. Kehidupan di dunia hanya sebentar saja, setelah mereka
melewati kehidupan di dunia, maka selanjutnya manusia akan memasuki alam kubur
atau alam barzah. Alam dimana akan menetukan baik atau tidaknya kehidupan yang
akan mereka rasakan selanjutnya. Maka apabila seorang manusia merasakan alam
kuburnya dengan nikmat-nikmat bagaikan taman surga, sudah dapat dipastikan dia
akan merasakan kehidupan yang tenang atau aman. Dan sebaliknya, apabila di alam
kubur ini dia merasakan siksa dan azab kubur, maka sudah dapat dipastikan
selanjutnya dia akan meraskan azab-azab yang lebih pedih lagi. Ketika sangkar
kala sudah ditiupkan, selanjutnya manusia akan dikumpulkan di padang mashar,
maka ini disebut dengan hari kiamat. Pada saat ini manusia memasuki kehidupan
yang hakiki, kehidupan yang abadi. Maka begitulah setidaknya perjalanan hidup
manusia.
Sebenarnya kita semua sudah mengetahui
kehidupan yang sebenarnya itu hanya di akhirat dan dunia hanya sebagi tempat
bersandiwara belaka, akan tetapi terkadang kita lupa. Maka maksimalkanlah
kehidupan yang singkat ini dengan terus menebar kebaikan dan kemanfaatan bagi
orang banyak sebagaimana Islam diturunkan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Hidup
sekali hiduplah yang berarti.
0 komentar