DILIHAT, DISAPA, DIJAGA
December 13, 2017
“Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian, sampai
dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri”
Sebagai makhluk sosial, manusia
hidup saling membutuhkan satu sama lainnya. Saling ketergantungan ini disebut
dengan hubungan timbal balik atau interaksi sosial. Interaksi sosial yang
dilakukan tidak hanya melibatkan antara individu saja, melainkan antar sesama
kelompok. Sebagaimana yang dijelaskan oleh salah seorang ahli sosial yang
bernama Gill, interaksi sosial harus bersifat dinamis yang melibatkan antara
individu maupun kelompok. Kemudian Gill menambahkan bahwa interaksi sosial ini
terjadi karena ada rasa saling membutuhkan satu sama lainnya,
Hubungan timbal balik antara
satu sama lainnya ini timbul dengan ada rasa ketergantungan kita dengan sesama,
artinya bahwa proses interaksi ini akan timbul ketika kita mendapat perhatian
dari orang lain yang kita butuhkan. Misalnya saja kita dalam keadaan sakit atau
kita ditimpa musibah dengan permasalahan yang terjadi. Maka secara otomatis
orang disekitar kita akan membantu atau bersimpati untuk membantu kita dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut.
Ketika seseorang merasa tidak
membutuhkan bantuan dari orang lain, secara tidak langsung dia sudah
menghindari yang namnya proses interaksi sosial. Maka tidak dapat dipungkiri
bahwa pemahaman semacam ini dapat membuat seseorang sulit dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada. Bahkan mungkin orang seperti ini akan diasingkan dalam
kehidupan sosial. Terlebih dalam bermasyarakat yang mengharuskan kita untuk
terus berinteraksi dengan sesama.
Islam sebagai agama yang rahmatan
lil ‘alamin (memberi rahmat bagi seluruh alam) sangat menganjurkan umat
manusia untuk saling melakukan interaksi sosial. Istilah interaksi sosial dalam
islam dikenal dengan sebutan Ta’awun saling tolong menolong. Konsep
saling tolong dalam Islam harus berkaitan dengan hal-hal yang bersifat positif
atau kebaikan. Maka tolong-menolong dalam hal keburukan sangatlah dilarang oleh
Islam. Allah Swt berfirman: Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya. (QS Al-Maidah[5]:2
Islam sebagai agama yang sempurna juga
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial yang mungkin sebagian
orang menganggap sepele hal tersebut. Misalnya saja berkaitan dengan adab
seseorang ketika berbicara dengan lawan bicaranya harus memperjelas
pembicaraan, serta mengulangi agar dapat dipahami apabila lawan bicara tidak
dapat paham kecuali dengan cara itu. Dari Anas Ra, bahwa Rasulullah Saw apabila
mengatakan suatu kalimat, beliau mengulanginya tiga kali hingga dipahami, dan
apabila beliau mendatangi suatu kaum beliau mengucap salam kepada mereka,
beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Diriwayatkan oleh al-Bukhari. Sebagai
seorang muslim yang baik, maka sudah sepantasnya kita memperhatikan etika dalam
berinteraksi sosial.
Dilihat
Melihat fakta di lingkungan sosial
sekarang, kita sudah hampir tidak lagi menemukan proses interaksi sosial yang
terjadi dikalangan masyarakat atau bahkan kita sendiri. Banyak orang-orang saat
ini disibukkan dengan aktifitas yang semata-mata untuk memenuhi hajat nafsu
mereka. Bahkan mereka bekerja sehari semalam untuk mengejar kehidupan dunia
yang hanya tipu daya belaka. Mereka lupa bahwa apa yang mereka cari saat in
pada akhirnya akan kembali kepada dzat yang kekal abadi selamnya. Dan mereka
lupa akan kehidupan akhirat yang menjadi labuhan terakhir mereka.
Akibat dari minimnya proses interaksi
sosial ini, maka akan berdampak kepada kurangnya rasa simpati kita terhadap
orang lain. Sikap acuh tak acuh yang berlebihan bahkan mungkin terjadi
dikalangan kita tanpa kita sadari. Orang yang kaya semakin kaya dan miskin
semakin miskin. Bahkan yang paling parahnya lagi ada orang yang tidak mengenal
tetangganya sendiri karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya mungkin untuk
saling sapa dan sekedar tatap muka saja mereka tidak pernah.
Kejadian seperti di atas bukan tidak
mungkin kita temui dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat perkembangan zaman yang
begitu pesat dan pengaruh globalisasi yang sudah melupakan kita semua akan
pentingnya berinteraksi sosial.
Sebagai contoh misalnya, ada
suatu cerita yang mana dengan cerita ini mengingatkan kita untuk melihat dan
peduli akan keadaan sekitar. Suatu ketika ada seorang yang kaya raya dan sibuk
dengan kerjaan yang terus menerus menambah kekayaannya tanpa memikirkan nasib
orang-orang disekitar. Dia berangkat ke tempat kerjanya dengan mobil mewah yang
dia beli dari hasil jerih payah bekerja siang malam tanpa henti. Orang kaya ini
selalu berangkat pagi buta dan pulang ketika larut malam. Suatu ketika dia
menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dari biasanya. Dia pualng ketika
matahari baru saja tenggelam dan memancarkan sinar-sinar jingga.
Pada saat dia melewati jalan
yang biasa dia lewati. Tiba-tiba dia mendengar suara batu yang mengenai badan
mobilnya. Dan seketika itu mobil yang dibawa oleh supirnya ini secara spontan
berhenti. Dia melihat keluar mencari tau orang yang melempar batu kearah
mobilnya ini. Ketika dia melihat keluar jendela, ternyata ada seorang anak
kecil, dan tanpa memikir panjang dia langsung memarahi anak kecil ini
sehabis-habisnya. Setelah puas dengan amarahnya, orang kaya ini bertanya kepada
anak tersebut alasan mengapa dia melempar mobilnya yang mewah ini. Kemudian
dengan raut wajah yang sedih si anak menjawab. “saya mencoba mencari orang yang
dapat membantu untuk mengangkat kakak saya yang jatuh dari kursi rodanya,
setelah lama saya berdiri disini tidak ada yang menghiraukan kejadian yang
menimpa saya ini, akhirnya saya memutuskan untuk melempar batu kearah mobil
anda agar berhenti dan membantu saya”. setelah mendengar jawaban dari anak itu
tadi, orang kaya ini merasa sangat terpukul batinnya. Dia baru sadar ternyata
selama ini dia masih bersikap egois dengan tidak melihat keadaan di sekitarnya.
Islam mengajarkan kita untuk
peka dengan orang disekitar kita yang beriman bahkan kepada orang yang tidak
seiman dengan kita sekalipun. Rasulullah Saw bersabda: Dari Anas bin Malik
Ra berkata, Rasulullah Saw bersabda, “salah seorang diantara kalian tidak
beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari no.13 dan Muslim no.45)
DISAPA
Selain permasalahan diatas,
kita juga sering menjumpai permasalahan mengenai minimnya interaksi sosial yang
diakibatkan oleh faktor perkembangan teknologi sekarang. Orang-orang sudah
bergantung dengan teknologi yang sudah canggih saat ini, sehingga mereka melupakan
manusia yang hakikatnya menjadi penolong yang nyata bagi mereka. Contohnya saja
dengan adanya teknologi Handphone (HP) yang canggih saat ini, orang
tidak lagi bertegur sapa secara langsung. Mereka sudah mengandalkan kecanggihan
HP yang bisa membuat mereka bertegur sapa melalui jarak yang jauh. Bahkan saat
ini sudah mampu bertatap muka dengan jarak yang jauh melalui video call. Yang
sangat menyedihkan lagi adalah, dengan adanya HP ini membuat kita jarang untuk
bertegur sapa walaupun sudah bertemu secara langsung dengan sahabat kita. Kita
sudah disibukkan dengan aplikasi yang ada di HP kita. Oleh karena itu tidak
heran kalau kita melihat sekumpulan orang yang sibuk dengan HP nya sendiri.
Tanpa menghiraukan teman di samping.
Rasulullah Saw bersabda: “Tidak
halal bagi seseorang apabila ia memutuskan hubungan dengan saudaranya sesama
muslim melebihi tiga hari, keduanya saling bertemu namun saling mengacuhkan
satu sama lain dan yang terbaik dari keduanya adalah yang memulai menegur
dengan mengucapkan Salam.” (Hadits Riwayat Bukhari, no.
5727 dan Muslim, no. 2560)
DIJAGA
Setelah
kita menjalankan proses interaksi sosial atau hablumminannas (hubungan
sesama manusia) yang dijelaskan di atas tadi, maka terakhir tugas kita adalah
menjaga agar hubungan sesama manusia ini terus berjalan hingga akhir kehidupan
kita. Menjaga dan menyambung silaturrahmi antara sesama manusia sangat
dianjurkan dalam Islam, sebagaimana dalam hadis dijelaskan dari Abu
Hurairah ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maha hendaklah ia
menyambung hubungan silaturahmi”
Semoga kita
selalu diberi hidayah oleh Allah Swt untuk terus mencintai saudar-saudara kita
dan terus mempererat hubungan silaturahmi..
0 komentar